BERITA JABAR
Sebuah punden di Dusun Kademangan, Desa/Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto dikeramatkan oleh warga setempat sejak tahun 1960an. Ternyata punden yang selama ini dianggap angker tersebut sebuah candi peninggalan zaman Majapahit.
Rusmiati menceritakan keangkeran punden di sebelah rumahnya itu penuh semangat. Perempuan berkacamata ini menyebut, punden tersebut sudah ada sejak dia masih kecil. Yaitu sejak tahun 1960an silam. Dia mewarisi kewenangan menjadi juru kunci punden ini dari kakeknya.
"Kalau berani merusak, bisa mati. Ini dikeramatkan," kata perempuan 51 tahun itu kepada wartawan di lokasi,
Punden yang beridiri di tanah Desa Dlanggu dengan luas sekitar 20 x 20 meter persegi ini terlihat asri karena ditumbuhi pepohonan besar. Sehingga udara di tempat ini terasa sejuk meski pada siang hari. Terdapat pagar lengkap dengan gapura yang terlihat masih baru pada sisi selatan punden.
"Dari dulu tempat ini dijadikan warga sini sebagai punden. Dipakai ritual saat ruwat dusun (bersih kampung pada bulan Suro dalam kalender Jawa) dan kalau ada warga yang punya hajatan," ungkap Rusmiati.Gapura tersebut bersambung dengan tangga dari bata merah menuju ke puncak punden. Tepat di bawah pohon beringin berdiameter lebih dari meter itu terdapat struktur bata bercampur batu andesit. Bentuknya mirip piramida. Ketinggian punden ini mencapai 8-10 meter dari permukaan tanah di sekitarnya.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan, punden tersebut telah masuk daftar situs cagar budaya. Dia menyebutnya Situs Kademangan karena berada di Dusun Kademangan.
"Dari data arkeologi yang kami temukan di sini, kami bisa melihat ada dua komponen. Yaitu bata merah dan batu andesit. Struktur yang masih terlihat jelas di bagian atas dari punden ini. Kita bisa menduga ini dulu sebuah candi yang cukup besar," terangnya saat meninjau Situs Kademangan.
Berdasarkan keterangan warga sekitar, lanjut Wicaksono, bentuk Situs Kademangan masih terlihat bagus pada tahun 1960an. Kondisinya saat ini kurang terurus lantaran semakin ditinggalkan oleh masyarakat seiring berkembang pesatnya ajaran Islam.(BK)
0 Komentar